Wanita Sebagai Ibu dalam Islam

Wanita merupakan makhluk yang dikodratkan oleh Sang Khalik sebagai perantara lahirnya manusia di bumi ini. Wanita diberi kelebihan untuk bisa mengandung, melahirkan, memelihara calon manusia dan mendidiknya.

Tugas kaum ibu, sungguh suatu tugas yang tidak ringan. Allah SWT telah menentukan kodrat wanita yang berat itu, namun kadangkala kaum Adam kurang mau memahami. Secara fisik dan rohani memang wanita dipersiapkan memiliki kesanggupan.

Wanita sebagai ibu adalah pendidik paling utama bagi manusia. Kaum ibu yang ideal tidak sekedar dapat mengandung, namun seorang ibu harus berkualitas. Anak-anak mereka tidak cukup dijamin kebutuhan jasmaninya, namun rohaninya juga lebih penting.

Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah ibu-ibu mereka. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya bagi anak-anaknya. Seorang ibu dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang baik sebagaimana seorang ibu bisa menjadikan anaknya menjadi orang yang jahat. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya.

Disinilah letak peranan wanita sebagai ibu, cukup berat menuntut rasa tanggung jawab yang tidak ringan. Berhasil tidaknya generasi yang ideal ada di tangan kaum wanita. Tidaklah berlebihan apabila Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam memberi penghargaan terhadap kaum ibu, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah bersabda: “Surga itu berada di bawah telapak kaki para ibu.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya :

1. Dorongan Ibu Yang Bertanggung Jawab

Hadits Riwayat Bazzar, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang wanita (ibu) sudah menjalankan shalat lima kali, puasa bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya (kesucian dirinya) dan lagi taat kepada suaminya, maka masuklah ia ke surga.”

2. Mendidik Anaknya Mulai Ketika Masih Dalam Kandungan

Menurut ajaran Islam hakekat hayat sebenarnya sejak usia 120 hari dalam kandungan. Bagaimana mendidik anak dalam kandungan? Yaitu dengan perilaku yang utama, taat kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Qur’an. Sebaiknya kaum ibu yang sedang hamil menghindarkan diri dari dosa, akhlak yang hina dan tidak berharga.

Do’a yang sebaiknya diucapkan setiap saat yaitu sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim Ayat 40, yang artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Allah, kabulkanlah do’aku.”

3. Mendidik Sopan Santun Agar Anak Memiliki Akhlak yang Mulia

Waktu anak sudah lahir, maka wajib diberikan pendidikan yang lebih konkrit, antara lain sebagai berikut :

  1. Membiasakan bersyukur kepada Allah SWT
  2. Menanamkan tauhid dan dijauhkan supaya jangan sampai menjadi orang musyrik.
  3. Disadarkan jerih payah ibu bapaknya, supaya timbul rasa terima kasih, hormat dan taat.
  4. Dikenalkan dengan sanksi moral bahwa kita manusia berbuat apappun, dimanapun kapanpun selalu dalam pengawasan Allah SWT. Sanksi moral ini cukup bermanfaat bagi masa depan dalam mengarungi gelombang ujian kehidupan.
  5. Dididik untuk menegakkan shalat.
  6. Dibiasakan suka amar ma’ruf dan nahi munkar, dan tidak bersikap sinis dan sombong.
  7. Menanamkan cinta kepada Nabi dan kepada Al-Qur’anul Karim. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami dari Ali, bahwa Rasulullah pernah bersabda :

“Tanamkan kepada anak-anakmu tentang 3 hal, yaitu:
1). Mencintai Nabimu.
2). Mencintai keluarga Nabi.
3). Mencintai untuk membaca Al-Qur’an.”

  1. Sejak kecil anak kita bimbing akal dan budinya, sehingga tumbuh jiwa yang tinggi dan mempunyai cita-cita yang luhur.
  2. Membiasakan disiplin.

Mengingat semua manusia mengalami masa kanak-kanak, di mana peran ibu sangat menentukan. Tidaklah berlebihan apabila baik buruknya anak tergantung kepada kedua orang tuanya, karena ibulah yang paling dekat.

4. Ibu Berkewajiban Mendidik Iman

Islam mengajarkan bahwa setiap kelahiran masih dalam keadaan fitrah. Seorang anak manusia, aslinya condong dengan iman dan Islam. Seseorang menjadi tidak condong dengan agama Islam adalah akibat salah informasi sekaligus kesalahan primer pada ibu dan ayahnya. Hal ini juga sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Bukhari Muslim, yang artinya: Dari Abi Hurairah ra berkatalah Nabi SAW, telah bersabda: “Tidak ada seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna.”

Apabila sejak dini kaum ibu dipersiapkan sebagai ibu ideal, maka manusia berkepribadian dan bertaqwa dapat diwujudkan. Syarat keberkahan dan kemakmuran suatu bangsa adalah watak bangsa yang bertanggung jawab dan berjiwa taqwa. Ibu yang bijaksana mampu menciptakan kondisi rumah tangga yang damai serasi dan dicintai anak-anaknya.

Putra-putrinya enggan keluar rumah kecuali ada keperluan misalnya bekerja, belajar dan sebagainya. Pergi dari rumah tanpa tugas baginya tidak menarik. Program kesejahteraan keluarga dapat diwujudkan dan merupakan bagian pokok dari kesejahteraan masyarakat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Dailami, bahwa Rasulullah bersabda, Empat faktor kebahagiaan seseorang, ialah apabila seseorang:

a). Punya istri yang shalihah.
b). Punya anak-anak yang baik.
c). Punya pergaulan hidup orang-orang baik (shaleh).
d). Punya sumber penghidupan di dalam negerinya sendiri.

Begitu beratnya peran wanita sebagai seorang ibu. Namun apabila peran itu dilakukan semata-mata untuk mendapat ridha dari Allah SWT, Insya Allah akan terlaksana dengan berbagai kemudahan atas pertolongan dari Allah SWT.

Oleh karena itu, berbahagialah wahai kaum wanita , karena kepadamulah telah dipercayakan tugas mulia oleh Sang Maha Pencipta, bahwa dari rahimmu yang subur akan lahir putra-putri generasi penerus. Karenanya menjadi kewajiban, tidak hanya mendidiknya sekedar dengan limpahan materi dan benda-benda kebutuhan hidup semata. Namun yang terpenting adalah berkatilah mereka, putra-putrimu dengan akhlak baik, budi pekerti, iman dan ketakwaan.

Baca Juga :

6 Syarat Wajib Umroh dan Haji yang Harus Terpenuhi

Ibadah Umroh yang Dikenal sebagai Haji Kecil

Kenapa Sih Harus Umroh di Usia Muda???

10 Tempat Istimewa Yang Harus Di Kunjungi Saat Haji Dan Umroh 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.